Minggu, 27 November 2011

Life always changes

Melihat perkembangan teknologi juga informasi yang makin lama makin cepat,plus dunia digital yang semakin "Ramah" menyentuh semua lapisan masyarakat.rasanya,beberapa profesi terutama di dunia broadcasting,entertaint,sampai tikis menulis menjadi sangat "mudah".kalau Dilihat,Asal kita rajin jeprat-jepret foto,terus upload ke jejaring social,wah berasa jadi foto model.Walau suara sember,acting pas2 an,tapi lagi2 posting di Internet,terus banyak yang lihat,lulu menjadi familiar di masyarakat,status sebagai selebritis Sudah bisa disandang.gak peduli apa yang diperbuat melanggar aturan taat keilmuan bidang kesenian.yang pEnting public suka,media massa memandang ini menguntungkan,hukum economy berlaku. Si artis Dadakan bisa mendapat honor fantastic,mengalahkan para seniornya yang Sudah makan Asam garam,yang Sudah menimba ilmu bertahun - tahun bahkan Sampai mancanegara.Mereka harus pasrah turun "tahta" membiarkan wajah baru ini menghiasi jagat media kita.kalo ngomong Kualitas sih jangan ditanya,jelas dibawah standard.tapi,yah itulah kehidupan apapun bisa terjadi,yang dipuja bisa jadi dihina,begitu juga Sebaliknya,so,prepare ur self for change.soalnya,kalo masih terus "hidup di masa lalu" justru kita yang Baka, terhempas,ibarat piring kaca yang jatuh Berkeping dar atas sebuah meja makan.

Sabtu, 26 November 2011

Make dream come true

Menggapai Impian kalimat yang satu ini Sudah sangat sering kita den gar,bahkan tidak sesi it Diantara kita yang teguh mengejar atau bahkan Sudah mengubur dalam-dalam Impian yang pernah Mereka pikirkan. Bagi yang gigih mengejarnya,Impian ibarat sebuah Peta untuk mencapai tujuan yang Mereka harapkan selama ini.dengan keyakinan itu,si pemilik mimpi tidak Akan peduli orang lain ngomomg apa ( yang dimkasud disini Adalah si or Akan mimpi,perusal Impian,yang belum apa-apa Sudah tidak mndukung,menjegal,bahkan merusak Impian ). Menurut sebuah article yang saya baca,dengan kita menuliskan apa yang menjadi Impian kita,kita Akan menjadi semakin terarah,semakin specific dengan apa yang kita impikan.sehingga kita memmiliki kekuatan untuk menggapainya. Menurut saya pribadi,Hal ini yang me Bantu kita menemukan apa yang terbaik untuk pribadi kita sendiri.sebab,selain Tuhan,kita yang paling memahami siapa diri kita. Maka saya menulis daftar mimpi saya : 1.membuat novel yang Laris. 2.melanjutkana study ke jenjang yang lebih tinggi. 3,mengunjingi tempt-tempat yang sejak lama ingin saya datangi. Yang harus saya lakukan supaya Impian terealisasi: 1.membawa Impian itu ke dalam tangan Tuhan Yesus,karena Dia pasti Mendengarkan apa yang menjadi Harapan umat pilihan-Nya. 2, bergaul dengan orang-orang yang membantu kita dapat merealisasikan Impian itu. 3. Tuli terhadap suara sumbang yang Akan merusak Impian kita,tidak pedul siapapun dia.toh Kota Susahn atau senang Kita duluan yang rasa. 4. Terus belajat,terutama yang bisa membuat Impian kita semakin mendekati kenyataan. So,jangan berhenti bermimpi!

Jumat, 25 November 2011

Freedom for ur self

Permasalahan yang mengganggu gue beberapa hati ini memang bikin otak jadi buntu! Susah berpikir jernih,bawaan emosi jiwa,maunya marah terus! Hihihihihi..... Well untung ya gue gak membiarkan Hal ini berlarut-larut. Selain bikin capek,bikin kesalah,Dan menambah keriput di wajah,gak ada gunanya juga dipertahankan. Hidup ini terlalu berharga kalau hanya disia-siakan begitu saja.orang yang menjengkelkan Kita pasti Ada dimana-mana,suka ga suka,siapa pun Dia,apa profesi maupun statusnya.semua sama saja. Bukannya gue gak terganggu dengan orang-orang yang menurut saya menyebalkan,suka usil and ikut campur urusan gue sehingga jadi sering konflik sama nyokap.Malahan kita "pecah kongsi" dalam beribadah,gue ke Aruna,mama di Padalarang. Apa urusannya ampe kudu beda Gereja segala? Pola pikir itu kata kuncinya.masa bodo kalo yang baca ini menganggap gue apa,gak tau diri atao apa,masa bodoh! Tuhan saja memberikan kehendak bebas untuk umat-Nya,so? Gue juga berhak memilih mana tempat Ibadah yang menurut saya memuaskan kebutuhan rohani saya seutuhnya.bukan karena gak enak sama gembalanya atau unsur lainnya.selain Tuhan,kit a sendiri yang paling mengerti apa yang terbaik untuk kita Pribadi.

Selasa, 22 November 2011

Jobless

Jobless alias Pengangguran! Status gue saat ini.udah gak tau lagi Bagaimana membela diri,semua usaha yang gue lakuin useless.tidak Ada yang berhasil kecuali USIA saja yang merangkak naik.lucu kan? Gue sarjana dengam IPK yang diatas rata2 dgn berbagai keterampilan,teman banyak,aktif di Gereja pula ( kalau yang ini bias ya?) entah kenapa dalam mencari gawe Susahnya adujubilah Susahnya Bener! Betul,Susahnya beneran! Padahal pertanyaan setiap interviewer rata2 gitu2 Aja tapi ajaibnya hasilnya juga idem :( sial banged kan? yang cuman lulus an SMA bisa ganti2 gawe Dom wkt relatif singkat.lah gue? Dapetnya heseee eh pensiunnya ya cepet! duh gusti Agus roti. Mama ngomel panjang Kali lebar udah saingan sama emaknya si Oji yang jago goyang gayung.Dia di upload in video ya sm org lain ehhh jd Beken,gue udah upload banyak masih blom ngetop,padahal udah saingan sm briptu Norman,sinta Dan jojo.mw posting novel jg gak nyampe,cerpen udah satu kontainer belom juga nyantol di majalah.mama ya mnding posting Di blog pribadi hihihihihi ^^ Ah life is never flat,show must go on!!!!! Keep fighting Risang u can do anyting with Jesus!

Minggu, 20 November 2011

Papa Gustianto

Untuk kesekian Kalinya gue Akan menulis tentang papa Gustianto,kayak ya beliau bakal jadi wail gem Alan paling terkenal diseluruh dunia NIH.soalnya kisah Dia gue bikin berbagai versi hahaha aha...... Tentang gimana gue Ketemu and KeNal Dia trus Dia bisa gue panggil papa gak usah disebut.boring diulang mulu hehehe.... tapi keberadaannya sejak Dia minta gw panggil Dia papa yah jujur Aja,membuat gejolak jiwa ( allay bgt Sihh) gue . Entah ini sebuah berkah atau kutukan.kalo berkah kok gue ga ngerasa lebih Baik tuh.tapi kalo kutukan? Tiap mau gue hindarinnn ehhhhhh ketemu terussssss !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Gue pura2 gak lihat malah disamperin.gue diem Aja,malah diajak ngobrol.kan bikin cemburu cewe gak tau malu yang ngejRar2 Dia...... Gue udah pusiinggg gmn cara "mengenyahkan" Dari kehidupan gw.udah dikasarin,dibantah,dilawan,diancem,ehhh tetep Aja Dia sayang and peduli ma gue. RAjin kasih Saran,Nasehat,dkk meski yg bikin sebel pake ayat melulu Ampe gw bilang masukN-Saran-Nasehat gue tampung Asal jangan Pakai ayat. Gue Sebenernya juga sayANg and udah sering bilang terang2 an walo pake bbm sihh. Hanya saja,jurang antara kita lebih dalam Dari sumur.ibarat dua kutub magnet yang saling bertentangan,makin akrab gue makin sengsara. Well life it's not so simple,but show must go on.... Gue belom tau Bagaimana ending Dari kisah ini... Jadi belom Ada akhirnya.

Ngamuk

Sebenarnya gue nulis ini tanpa Ada ide apa pun.soalnya Ni kepala isinya udah crowded.segala macem berkecamuk! Gue juga gak peduli Kali orang Lagi baca blog ini.sekalian Aja gue share sma seluruh dunia Kalo gue udah Bosen sam a kehidupan yang stag kayak begini! Menyebalkan.... Emosi gue gak bisa gue kendalikan,oh Tuhan Yesus.mama nyalahin aku geeks.heran,to a Dia puny masa ah gue mulu yang jadi sasaran.memangnya gue samsak apa yah? kalo udah ngomel? Mantap deh bikin Malunya! Aib keluarga di kasih gratis AMA semua orang ckckckckc.Hal-Hal yang aku gak Suka malah jadi topic hangat,cecunguk yang rempongin gue malah dibela,kudu maafin Mereka tapi Andy ya udah tw gak bener lah malah dipercaya

Rabu, 09 November 2011

Legenda 4 Dewa

Jalanan di kota Bandung kian hari kian bertambah macet,membuat Risang panik.bagaimana tidak? Ia sudah berjanji dengan Ariel kakaknya supaya tiba di gereja sebelum pukul 18.00 WIB.akan tetapi kenyataannya? Jam sudah menunjukkan pukul 17.45,ia masih berada di bawah jembatan Pasopati.
“mas…minta mas….saya lapar belum makan dari pagi” lamunan Risang buyar,saat sepasang tangan kecil terulur ke dalam angkutan umum yang Risang tumpangi,melihat sosok gadis mungil bertubuh kurus, berkulit hitam dengan pakaian lusuh dan wajah memelas.sesaat,Risang terenyuh melihat penerus bangsa harus mengais rezeki dengan cara seperti itu.saat Risang hendak mengambil selembar uang lima ribuan,lampu hijau menyala.kendaraan umum tersebut langsung melaju dengan kencang,tubuh gadis kecil itu terjatuh di pinggir jalan,tanpa ada mempedulikan rasa sakit yang dideritanya,gadis malang tersebut segera berlalu menuju kendaraan yang lain.
Risang tidak bisa melupakan pemandangan yang baru saja ia saksikan.memang,bukan hal yang baru ia melihat hal tersebut,bahkan sejak zaman ia masih duduk di bangku sekolah dasar.ia sudah biasa melihat anak-anak seusia dengannya beredar di jalanan yang padat kendaraan dengan membawa aneka dagangan atau hanya sekedar meminta belas kasihan pengguna lalu lintas.
“woy,malah melamun” Ariel menepuk punggung Risang dengan lembut. Risang diam saja. “ maaf ya,aku meminta kamu datang cepat-cepat,padahal ibadahnya juga belum dimulai,yah kan tidak enak,papa yang kotbah,anak-anaknya malah tidak menjadi teladan.” Ariel menjelaskan maksud dan tujuannya meminta Risang datang lebih awal. Risang menghela nafas panjang,”tidak apa-apa kok” jawab Risang singkat.
Dari luar ruang ibadah,terdengar derap langkah yang sangat kencang dan suara nafas yang terengah-engah,rupanya Haris,adik Risang yang merupakan mahasiswa kedokteran juga telah tiba di ruang ibadah.
“aduh maaf ya,saya terlambat,tadi ada praktikum,terus….” Haris berbicara sepotong-sepotong,soalnya karena badannya yang gemuk,membuatnya sangat kelelahan.Ariel dengan sigap mengambil segelas air putih dingin dan memberikan kepada adik bungsunya tersebut.”santai brother,belum mulai kok ibadahnya.sudah kamu duduk bareng Risang “ ajak Ariel.
“ya ampun,tahu begitu saya tidak usah ngebut” keluh Haris.Ariel dan Risang mengeryitkan dahi
“sumpe lo?” gumam mereka kompak,mengikuti bahasa anak muda yang sudah jarang digunakan.
“serius” jawab Haris dengan mata melotot.
“tadi saya bawa motor sampai dikejar polisi,terpaksa bohong,saya bilang ada pasien yang perlu segera ditolong,untung saya memakai jas dokter,jadi dapat dispensasi” papar Haris terus terang.duuhhh Ariel jadi merasa bersalah.untunglah,ibadah sudah dimulai,tiga bersaudara segera larut dalam pujian dan penyembahan terhadap Sang Pemberi hidup.tak berapa lama,ayah mereka segera naik ke atas mimbar untuk memberitakan kebenaran yang hakiki.
“selamat malam Pak Gustianto” para jemaat memberi salam setelah ibadah selesai.
“iya,hati-hati di jalan,besok jangan sampai terlambat datang ibadah ya? Tuhan memberkati” Pak Gustianto membalas salam mereka.setelah berbicara dengan hamba-hamba Tuhan lainnya serta menyiapkan perangkat untuk digunakan ibadah besok pagi,Pak Gustianto segera menghampiri ketiga buah hatinya yang telah beranjak dewasa tersebut.
“Papa bangga kalian datang tidak terlambat.padahal kesibukan kalian juga sangat padat.kalian bisa memberi teladan kepada teman-teman kalian yang lain,walaupun Papa Gembala di Gereja ini,akan tetapi kalian tetap rendah hati,malah mau bayar harga mengorbankan kepentingan kalian”
Ariel,Risang dan Haris tidak bia menyembunyikan kebahagiaan mereka mendapat pujian seperti itu.
“kalau begitu kita makan malam dimana pa?” tanya Haris tanpa malu-malu.
“hus..baru dipuji sudah minta pamrih”goda Ariel.
“lah,sekarang memang sudah waktunya makan malam kok,ya sekalian saja “ kilah Haris.
Yang kuliah jurusan komunikasi siapa,ehh pinteran kamu,salah jurusan tuh” balas Risang.
“sudah,papa juga lapar nih,yuk kita makan dimana?” ajak Pak Gustianto.
“di café Cest la vie,makananya enak,murah,banyak lagi” seru Haris dengan semangat berapi –api.
Maka,mereka segera meluncur ketempat tujuan.semua ada di dalam satu mobil.Risang memandang suasana malam minggu di kota kembang yang kian semakin cantik dan berkilau.Bandung sudah menjadi oase bagi masyarakat ibu kota yang ingin bersantai,melepaskan penat serta rutinitas yang membelenggu.
Saat memesan makanan,di balkon café yang bergaya Italia,Risang dapat memandang keramaian di sekitar tempat tersebut.
“dari tadi melihat ke bawah terus,lihat apa sih?” Pak Gustianto heran melihat Risang hanya termenung memandangi jalanan.
“wah penyakit pujangganya kambuh lagi” ledek Haris
Risang tetap termenung.
“kebetulan,habisin saja aha makanannya” seru Haris
Plok! Tangan Haris langsung ditepuk oleh Risang.
“sorry kalau yang ini saya konsentrasi tinggi” gumam Risang
“Sekarang kamu belum selesai makan tapi melihat kebawah terus ada apa?” Pak Gustianto kembali bertanya.
“sebenarnya dari tadi saya merasa tidak enak” sahut Risang sambil memotong steak kesukaannya
“kamu sakit?” tanya Ariel.
“pantes dari tadi diam saja,biasanya heboh sana sini”timpal Haris.
“kita ke dokter saja ya?” ujar Pak Gustianto
“loh saya kan dokter pa?” protes Haris.
“maksud saya,saya merasa kasihan saja liat anak-anak jalanan yang lagi beredar di bawah itu pa” Risang pun mengutarakan maksud hatinya.
“Oooo begitu” Pak Gustianto,Ariel dan Haris bergumam bersamaan mirip paduan suara.
“wah saya bangga sama kamu” Ariel menepuk pundak Risang.
“sama,sekarang akang sudah insaf” sambung Haris.
“kalian juga membantu,jangan hanya memuji saja” seru Risang.
“papa setuju” Pak Gustianto pun angkat jempol.
Seluruh keluarga setuju,sekarang bagaimanakah Risang bersaudara merealisasikan rencana mereka?
Saat di rumah,tiga bersaudara pun segera berdiskusi.
“kamu punya rencana apa sang? Siapa tahu kita bisa membantu.Ariel yang sudah biasa melakukan bakti sosial kemana-mana tampak begitu antusias melihat adiknya mendapat pencerahan,mau peduli sama orang lain.biasanya? begitu beratnya.
Haris juga sama,takjub sama perubahan kakaknya yang begitu drastis,seperti menjadi orang lain saja.
“saya punya pemikiran sederhana saja” gumam Risang,”tidak usahlah sampai berlebihan,yang penting niat kita bukan untuk pamer,apalagi cari sensasi” ujar Risang diplomatis.
“saya juga punya usul” seru Haris.wah,Ariel dan Risang kaget juga,tumben adik bungsu mereka punya inisiatif duluan,biasanya paling terlambat sadar kalau sedang ada pembicaraan serius.
“silahkan,kemukakan pendapat kamu” Ariel mempersilakan Haris untuk mengemukakan pendapatnya.
“karena ini istilahnya proyek keluarga,kita harus survey daerah mana yang akan kita adakan bakti sosial ini.terus,karena hanya kita saja yang melakukan,harus ada tenggat waktunya kapan kita akan bergerak,soalnya kita semua masing-masing punya kesibukan.” Kali ini Haris mengemukakan pendapatnya dengan lantang,jelas,dan sangat mudah dimengerti.tanpa sadar Ariel dan Risang bertepuk tangan kencang.
“kita tidak menyangka kamu bisa secemerlang ini” puji Ariel.
“iya,wah kalau mau kan bisa serius” ledek Risang.
“maklum,saya kan yang paling tampan diantara kita bertiga,paling tinggi lagi” canda Haris
“dipuji sedikit langsung hidrosephalus alias besar kepala” gerutu Risang.
Pak Gustianto mendengar anak-anaknya sibuk mengeluarkan aspirasi hanya tersenyum saja.beliau bersyukur bahwa mereka tumbuh menjadi pemuda yang mau peduli dengan lingkunga,tidak ikut arus zaman yang sangat hedonis serta egoisme tinggi.
“Wah ide Risang supaya kalian terjun langsung dalam meringankan beban pemerintah negara kita bagus sekali tuh” Iwink kekasih Ariel tidak dapat menyembunyikan kekagumannya.
“ iya,idenya sangat menarik,hanya melibatkan anggota keluarga saja” gumam Ariel sambil meneguk es jeruk yang telah tersedia dihadapannya,saat sedang berjumpa dengan sang kekasih di sebuah tempat makan favorit kawula muda.
“kalau aku boleh sumbang saran,dari pada jauh-jauh dan arealnya terlalu luas kenapa tidak di sekitar lingkungan tempat tinggal kalian saja?” Iwink memberikan tambahan ide.
“maksud kamu,di sekitar Cimahi begitu?” Ariel berusaha menangkap maksud Iwink.
“tepat sekali,di Cimahi selain dekat,toh yang namanya anak jalanan dan sejenisnya juga marak” Iwink tersenyum gembira.
“boleh juga ide kamu,baik nanti akan saya sampaikan,terima kasih ya” ujar Ariel tulus.
Risang sendiri bukan tidak berpikir hal yang sama dengan Iwink,hanya saja momennya pas lagi terjebak macet.
Sambil menyusuri jalanan di Cibabat,Risang cari ide dimana bisa menemukan mereka.anak-anak jalanan yang malang itu.
Mata Risang terbelalak saat melihat seorang gadis kecil sedang duduk di sebelah lampu merah disebuah pusat perbelanjaan.gadis itu meringkuk sambil menangis.
“dik..kamu kenapa?” Risang menyapa gadis itu.
Gadis tersebut terkejut.sorot matanya tampak sangat menyedihkan.tubuhnya kurus dan kotor,bau matahari tercium dari tubuhnya,mata yang bengkak karena menangis membuat derita gadis itu semakin tampak nyata.
Risang mengambil tissue dan mengusap pipi gadis itu,lalu memberikan air mineral gelas.gadis itu meneguk air itu sampai puas,ia tampak sangat haus,sehingga air yang hanya segelas terasa begitu nikmat.
“terima kasih ya kak” ucap gadis itu.
“sama-sama,nama kamu siapa?” Tanya Risang ramah.
“Wati”jawab gadis itu singkat.
“nama kakak,Risang.salam kenal ya?” Risang tersenyum ramah.
Wati membalas senyuman Risang.senyuman tulus yang keluar dari tubuh penerus bangsa yang sangat menderita.
“kamu sudah makan?” Tanya Risang lagi.
“belum kak,dari kemarin” keluh Wati.
“ya sudah kita makan dulu yuk? Di depan ada yang jual nasi goreng” ajak Risang.
Wati menggeleng.
“loh kenapa?” Risang tampak heran.
“ibu saya sakit kak,tapi saya sudah mengamen dari kemarin belum dapat seratus rupiah juga” Wati menitikkan air mata.
“Apa? Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?” Risang tampak sangat kaget.
“antar saya ke rumah kamu” Risang kembali berujar.
Maka,mereka pun memasuki gang sempit nan becek,yang seumur hidup belum pernah dimasuki oleh Risang.kawasan itu demikian kumuhnya,sehingga tampak anak-anak sudah terbiasa bermain di tumpukan sampah,dan ibu-ibu memasak di depan aliran limbah yang menusuk hidung.bagaimana merek bisa bertahan selama ini? Pikiran Risang tidak bisa menemukan jawaban.
Tibalah mereka di tempat tinggal Wati,sebuah kamar petak dari kardus yang pengap beralaskan Koran.tergeletak seorang wanita usia 40-an bertubuh kurus,pucat dan tak berdaya.
“ya ampunn…panas sekali tubuhnya,ini sih sudah parah” Risang sangat terkejut
“haloo? Rumah Sakit? Cepat kirimkan ambulan! Kondisi pasien sudah sangat gawat!”
Untungnya,gang itu dekat jalan besar,sehingga masih bisa dijangkau oleh kendaraan.sambil menemani ibunya di dalam ambulance,Wati tampak sangat cemas.
“kamu khawatir ibu kamu keadaannya makin buruk? Tenang saja,sekarang panasnya sudah turun,seminggu lagi juga sudah pulih” hibur Risang.
“bukan begitu kak,tapi saya tidak bisa membayar biayanya” keluh Wati pelan
Ya ampun! Risang tidak memikirkan hal itu,aduhh..mana uang di atm sudah menipis,Risang harus bayar macam-macam nih.
“halo? Kenapa? Kamu kok suaranya seperti orang kelelahan begitu?” ujar Pak Gustianto dari balik telepon
“Pa,tolong kirim uang ke atmku,panjang urusannya,nanti ya di rumah di kabarin lagi,penting soalnya” ujar Risang panik
“iya,papa kirim sekarang ya” wah Pak Gustianto ikut panik.
“terima kasih ya pa” Risang di balik telepon bernafas lega.
“bagaimana kak? “ Tanya Wati cemas.
“ok,tidak masalah,kamu tahu beres saja,ibu kamu akan dirawat dengan baik di sini” ujar Risang menenangkan Wati.
Wati hanya bisa menganggukkan kepala saja.Risang kembali mengundang Wati untuk makan.
“ayo makan,nanti kamu sakit juga,wah bisa bangkrut aku” goda Risang.Wati hanya bisa tersenyum.
Akhirnya mereka makan di sebuah kedai dalam Rumah Sakit,menikmati semangkuk soto ayam panas,juga jus jambu merah memang bisa meningkatkan vitalitas.
“kamu masih lapar? Kalau masih tambah saja” ujar Risang pada Wati.
“sudah kak,tidak usah tambah lagi,saya sudah kenyang” tolak Wati halus
“kamu berapa lama tinggal di daerah itu?” Tanya Risang.
“sejak saya lahir kak” sahut Wati singkat.
“ayah kamu kemana? Kok tidak tahu ibu kamu sakit?” Tanya Risang lagi
“ayah saya sudah tidak ada kak,dia meninggal terkena wabah muntaber 5 tahun lalu” Wati tertunduk sedih.
“aduh maaf ya” Risang merasa bersalah.
“tidak apa-apa kak,saya paham” jawab Wati.
Bagaimana bisa sehat? Tinggal di tempat menjijikkan seperti itu guman Risang dalam hati.
“kakak pulang dulu ya? Sudah malam,besok kakak datang lagi” janji Risang pada Wati.
“baik kak,terima kasih banyak atas pertolongan kakak” jawab Wati sopan.
Risang tiba di rumah saat semua sudah selesai makan malam.
“pa bisa bicara sebentar?” Risang segera menggaet tangan Pak Gustianto dan mengajaknya masuk ke kamarnya.
“ada apa? Tadi kenapa kamu minta uang? “ Pak Gustianto segera memberi pertanyaan bertubi-tubi.
“sabar pa,satu-satu dulu” Risang kewalahan juga.setelah menarik nafas sebentar,Risang pun menjelaskan apa yang telah terjadi.Pak Gustianto mengangguk tanda mengerti permasalahannya.
Rapat keluarga kembali dimulai,Pak Gustianto,Ariel,Risang dan Haris berdiskusi mengenai fenomena menyedihkan yang ternyata berada tak jauh dari tempat mereka tinggal.
“sungguh ironis,baru saja saya berdiskusi dengan Iwink agar mencari di lingkungan sekitar kita,ternyata yang kita temukan jauh lebih parah lagi” tutur Ariel shock.
“penyakit yang diderita ibunya Wati lumayan parah,karena mereka tidak punya jamkesmas bahkan KTP,membuat saya menjadi penjamin mereka,duhh biayanya pasti besar nih” Risang tampak panik juga mengetahui kalau ibunya Wati minimal harus dirawat selama seminggu,dengan biaya per harinya cukup besar.
“sudahlah,soal biaya kamu tidak usah pusing,yang penting niat kamu tulus membantu mereka papa sudah senang” hibur Pak Gustianto.
“besok antar saya ke daerah dimana Wati tinggal ya? Saya mau tahu seperti apa buruknya keadaan disana” ujar Haris.
Keesokan siangnya,Risang dan Haris datang ke daerah di mana Wati tinggal.Haris benar-benar kaget melihat daerah itu sungguh tidak layak untuk ditinggali.
“wuihh ini sih cocok disebut neraka dunia,kotor,jorok,harapan hidup juga tipis” keluh Haris
“kakak kemarin yang menolong ibunya Wati ya?” mendadak datang seorang anak laki-laki mendekati Risang.
“iya,kenapa dik?” tanya Risang.
“ayah saya juga sakit kak,tolong dibawa ke dokter juga” anak itu mulai menangis.
Risang dan Haris bergegas menuju tempat tinggal anak laki-laki tersebut.keadaannya tidak berbeda dengan Wati,hanya berupa kamar sempit pengap bahkan tanpa jendela! Di kamar itu masih ada sang ibu dengan dua balita lagi.
“kebetulan adik saya ini dokter,jadi biar bapak diperiksa dulu ya bu?” Risang meminta izin ibu si bocah tersebut.
“iya mas…tolong suami saya,sudah dua minggu keadaanya seperti ini,kami tidak punya biaya untuk berobat” sang ibu hanya bisa mengelus dada sambil menangis.
Haris segera memeriksa pria malang tersebut,hanya sebentar saja Haris sudah mengetahui apa yang telah terjadi.
“mas,bapak ini TBC nya sudah parah,harus dikarantina,kalau tidak keluarganya bisa ketularan” terang Haris.
“wah,masa kita biayai juga? Kalau seperti ini terus,seluruh kampung ini minta dibiayai semua” Risang mulai was-was,soalnya orang-orang di daerah tersebut sangat membutuhkan pertolongan,mereka tentu ingin segera ditolong,sedangkan untuk membiayai ibunya Wati saja sudah mahal.
“saya ada ide” seru Haris,maka ia segera mengaktifkan kamera ponselnya lalu mengambil gambar warga yang sakit,segera ia kirim ke Rumah Sakit tempatnya sedang menjadi ko ass.
“semoga mereka segera mengerti apa yang saya maksud” harap Haris.
“bu,adik saya mengirim gambar bapak,dan warga sekitar yang sedang sakit ke Rumah Sakit,supaya bisa dilakukan pertolongan sesegera mungkin.
Ibu tersebut bersama anak-anaknya bersimpuh dihadapan Risang dan Haris,mereka menjadi tidak nyaman.
“makasih ya,mas-mas ini begitu baik pada kami,selama ini tidak ada yang peduli dengan nasib kami di tempat ini” ibu tersebut menangis sambil memeluk kaki Risang dan Haris.
Mereka pun tidak kuasa menahan tangis,melihat peristiwa memilukan tersebut.
Untunglah,pertolongan segera datang,begitu foto kiriman Haris diterima,Rumah Sakit dimana Haris menjadi ko ass memang mempunyai program untuk membantu golongan tidak mampu,hanya saja mereka kesulitan mendata masyarakat,diakibatkan daerah kumuh dan terpencil tidak tercantum di dalam tata kota,ibunya Wati pun bisa dipindahkan,sehingga Risang bisa sedikit bernafas lega,tidak perlu pusing memikirkan biaya berobat.
“hanya mengobati yang sakit saja tidak cukup,kalau daerah itu tidak kita perbaiki,keadaannya akan sama saja” Ariel memperingatkan.
Ide cemerlang segera muncul di benak Risang,”brothers,aku ada ide cemerlang
Bak iklan komersil sebuah rokok,Ariel bersaudara segera bertindak untuk mengubah daerah kumuh tersebut.
“perhatian-perhatian ,semua harap berkumpul di lapangan” Risang sambil membawa megaphone mencari perhatian warga.dan benar,warga segera berkumpul.
“loh itu kan mas yang nolongin ibunya Wati dan bapaknya si Tatang?” itulah yang dikatakan warga yang sudah mengenali Risang.maka,tidak perlu waktu lama,mereka segera berkumpul di lapangan.tepatnya sepetak tanah yang belum dibangun gubuk liar.
Tak berapa lama,warga pun sudah berkumpul.Ariel sudah bersiap untuk memberikan penyuluhan.sebagai dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi,berbicara di hadapan khalayak ramai seperti ini bukan hal yang sulit bagimya.
“Bapak-bapak,ibu-ibu,saudara sekalian yang kami hormati,perkenankanlah kami untuk bericara sepatah dua patah kata,untuk kemajuan kampung ini” Ariel mulai membuka pembicaraan.
“seperti yang telah kita ketahui sebelumnya,banyak warga di daerah ini banyak yang menderita sakit.nah,agar penduduk daerah ini bisa terhindar dari penyakit,mari kita bekerja sama untuk membenahi kampung ini” tutur Ariel dengan lantang dan tegas.
Warga mendengarkan ceramah Ariel dengan penuh antusias,sebenarnya mereka hanya ingin ada yang memperhatikan mereka,hanya itu.pemikiran mereka masih sederhana,asalkan mereka bisa hidup layak.sayangnya,tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka,atau lebih tepatnya yang mau mempedulikan mereka.kebanyakan orang cenderung takut dan resah jika mereka di tengah masyarakat.
Haris juga tidak kalah sibuknya,ia sibuk menyediakan susu dan bubru kacang hijau untuk anak-anak.
“adik-adik antre ya? Semua pasti kebagian,asal kalian mau tertib” seru Haris ramah
“iya pak dokterrr” paduan suara anak-anak secara spontan terdengar.seolah kidung malaikat terdengar,keriangan dan kepolosan anak-anak yang tidak peduli bahwa tempat mereka berada sungguh tidak layak untuk ditinggali.mereka mengganggap kampung kumuh itu sebagai surga dunia.tempat berbagi canda mau pun tawa.
Melihat keceriaan anak-anak yang begitu menikmati susu dan kacang hijau,tak terasa air mata Haris pun menetes.
“ehhh kenapa kamu menangis? Matanya masuk debu?” tanya Risang.
“tidak mas,aku terharu melihat anak-anak ini” ujar Haris dengan bibir bergetar.
“yah,untuk merekalah kita menjadi diutus menjadi berkat” jawab Risang singkat.
Perlahan tapi pasti,keadaan kampung kumuh itu berubah.Ariel bersaudara tetap pada komitmen mereka,tidak meminta bantuan orang lain apabila tidak mendesak.karena mereka bertekad mengubah nasib masyarakat pinggiran ini tanpa motivasi mencari popularitas.maka dari itu,semua dilakukan sebisa mungkin tanpa diketahui orang lain.ayah mereka Pak Gustianto pun dilarang untuk turun tangan langsung,supaya tidak menimbulkan masalah.karena ya,namanya manusia sudah berbuat benar saja bisa disalahkan.bisa-bisa dianggap memanfaatkan jabatan lagi.
Yang dilakukan pertama kali adalah membuat sanitasi,sampah-sampah yang ada di selokan semua dibersihkan,dibuatkan MCK yang layak dan sesuai standar kesehatan,kamar-kamar semua dibuatkan ventilasi dan juga jendela,supaya sirkulasi udara lancar.
Memang bukan hal yang mudah,karena mereka juga punya banyak kesibukan.apa lagi daerah kumuh tersebut membuat mereka mengalami gatal-gatal,deman,dan berbagai alergi.tapi niat mereka untuk menolong saudara sebangsa setanah air yang terpinggirkan mengalahkan segalanya.
Karena kebanyakan anak-anak disana dan juga warga dewasa lainnya tidak sekolah,Risang mengambil alih menjadi guru dadakan.mengajar membaca,menulis,menghitung,bernyanyi.
Namanya juga informal,tentu saja materi yang diberikan tidak sama dengan di sekolah umum,mereka tidak perlu benar-benar paham unsur kimia atau fisika,yang penting mereka sudah memahami sistem belajar mengajar yang benar.
Ibunya Wati dan ayahnya Tatang,juga warga lain yang sakit pun sudah pulang kembali.kemajuan kesehatan mereka selalu dipantau oleh Haris.
“bapak sama ibu jangan lupa ya? Makan telur,sayur,buah-buahan segar,juga vitamin yang saya beri harus rutin dikonsumsi supaya cepat pulih kesehatannya,jangan sampai lupa” Haris menasehati mereka.
“iya dokter” jawab mereka berbarengan.
“Wah bangga ya,di panggil dokter,padahal masih lama jadi dokternya” goda Ariel.
“ya anggap saja doa,biar cepat saya jadi dokter” seru Haris sambil tersenyum.
“bapak-bapak silakan minumnya,maaf hanya ada teh manis” nenek Maemunah menghampiri Ariel dan Haris sambil menyajikan teh manis hangat.
“terima kasih ya nek,nenek tidak lupa minum obat yang saya beri?” tanya Haris.
“iya dok…nenek tidak pernah lupa,nenek ingin cepat sembuh” seru nenek Maemunah jujur.
“nah karena hari ini Wati ulang tahun,kita makan nasi kuning yaaa? Ayo antre” ujar Risang.
Anak-anak pun berjejer dengan rapi untuk menerima nasi kuning yang telah Risang siapkan.
Matahari beranjak memudar,akan membagi sinarnya di belahan dunia yang lain.Ariel bersaudara pun kembali ke rumah.Pak Gustianto menerima laporan kemajuan apa saja yang telah diperbuat oleh buah hatinya. Hasil yang cukup memuaskan,meski waktu yang dimiliki sangat terbatas,mengingat kesibukan tiga bersaudara cukup padat.
“bagus sekali laporan hari,kalian membuat selamatan untuk Wati yang sedang ulang tahun,lengkap dengan foto-foto keceriaan anak-anak yang hadir dalam acara tersebut” tutur Pak Gustianto saat melihat dokumen acara ulang tahun Wati.
“Wati baru sekarang bisa merayakan ulang tahun pa,tepat di ulang tahunnya yang ke-10” tutur Risang selaku EO nya.
“huh tapi kenapa saya jadi badutnya? EO pelit nih “ gerutu Haris.
“eeehhh namanya juga efisiensi,jadi harus memberdayakan apa yang ada” pungkas Risang diplomatis.
“ya tapi kenapa jadi badut? Kenapa tidak jadi MC,penyanyi atau apa” keluh Haris.
“ris,bentuk badan sama wajah sudah mendukung buat jadi badut,jadi hemat peralatan rias.lagian buat amal banyak protesnya sih?” omel Risang.
“saya bukan tidak mau,tapi kalau dicubitin,dipukulin sama anak-anak siapa yang tahan?” Haris mengemukakan pendapat.
“justru wajah yang menderita ini malah daya tariknya” Risang menyalakan laptop dan memperbesar wajah Haris yang merana di “siksa” anak-anak.
“di masukkan ke koran bisa laris “ ledek Risang lagi.
“sudah-sudah,kalian ini seperti anak kecil saja” Pak Gustianto melerai Risang dan Haris.
“huu si papa,Haris dibela terus” Risang kembali meledek.
“iya lah,saya kan yang paling tampan” Haris merasa di atas angin.
“makan malam sudah dingin ini” Ariel memperingatkan.
Mereka langsung duduk di meja makan dan segera menyantap masakan yang sudah tesedia.
Masakan Bu Rita,ibu mereka memang makyoss seperti kata Bondan Winarno.
“Haris,makan yang banyak,kamu kecapean,besok masih harus jaga di Rumah Sakit,jaga stamina” Bu Rita memperingatkan Haris.
“kalem ma,pasti habis kok” ujar Haris dengan semangat kemerdekaan.
“Haris tidak usah ditanya ma,pasti habis semua deh” Risang mulai cari gara-gara.
“tuh kan mulai lagi” Haris tampak tidak nyaman.
“sudah jangan ribut ah,habis ini kalian semua tidur ya” seru Bu Rita.
“iya maa..” choir Ariel-Risang-Haris membedah udara.
“anak-anak kita luar biasa ya? Rasanya baru kemarin mereka masih kita gendong,sekarang sudah dewasa” gumam Pak Gustianto.
“ah Papa…mereka jelas sudah dewasa sekarang,masa kecil terus?” ledek Bu Rita.
“iya,suka lupa,maklum umur” canda Pak Gustianto meniru iklan sabun cuci.
Namun,hal tidak terduga terjadi,saat subuh terjadi kebakaran yang melanda daerah kumuh itu.
Ariel bersaudara diantar Pak Gustianto segera menuju lokasi kejadian.api membumbung tinggi,asap hitam memenuhi udara.para warga berhasil dievakuasi
“Wati dimana? “ Risang menyadari bahwa Wati tidak ada diantara mereka
“Duhh Tuhan,Wati masih tidur waktu kita semua menyelamatkan diri” ibu Wati juga baru tersadar lantaran panik.
Api semakin membesar,Wati masih ada di dalam,terjebak reruntuhan.semua terdiam membisu.
BREEMMMM….Pak Gustianto tancap gas menabrak puing-puing yang berserakan,lalu beliau membuka pintu.
“Wati,ayo cepat naik!”
Wati yang sudah lemah segera menggapai tangan Pak Gustianto,mereka buru-buru meninggalkan tempat kejadian.
Mobil Pak Gustianto jelas banyak kerusakannya.tapi yang terpenting ,jiwa Wati terselamatkan.
“kamu tidak apa-apa Wati?” tanya Pak Gustianto khawatir,karena tubuh Wati sudah hitam karena terjebak dalam asap
“saya tidak apa-apa pak,saya sudah pasrah tadi kalau harus mati terbakar” isak Wati
“Wati anakku,syurkurlah kamu selamat nak” ibu Wati segera memeluk belahan jiwanya yang sangat berharga
“terima kasih banyak atas kebaikan tuan” ibu Wati sampai memeluk kaki Pak Gustianto.
“sudah ibu,jangan seperti ini,yang penting ibu dan Wati selamat” ujar Pak Gustianto sambil tersenym.
“tapi,mobil tuan menjadi rusak” tampak kesedihan terpancar dari wajah ibu Wati
“tenang,mobil saya sudah diasuransi,biar asuransi yang mengurusnya” Pak Gustianto kembali tersenyum
“waduhh..papa tidak sangka,sudah seperti di film 2 Fast to Farious saja” canda Risang
Pak Gustianto menepuk bahu Risang,dan beliau berujar:
“satu jiwa sangat berharga di mata Tuhan”.
Dalam waktu singkat,pemadam kebakaran dan ambulance juga polisi sudah memenuhi tempat itu.tentu saja pers seperti televisi,radio,dan surat kabar juga segera berdatangan.Pak Gustianto dan anak-anaknya segera berlalu,menghindari pemberitaan.
“kenapa pulang pa? kita bisa masuk TV loh” protes Risang.
“hush! Kamu ini,masa kamu berbuat baik harus di ketahui orang lain? Ingat pepatah,tangan kanan memberi,tangan kiri tidak boleh tahu” ujar Pak Gustianto.
“dengar tuh apa yang papa bilang” seru Haris semangat.
“kan Cuma becanda pa,ini lagi si Haris senang betul” ujar Risang sambil tersenyum.
Mereka pun berlalu,sebelum ada yang menyadari keberadaan mereka.
Setelah peristiwa yang menggemparkan tersebut,pemerintah daerah segera bertindak,daerah kumuh tersebut segera mengalami pemugaran.penduduk bisa mendapatkan KTP,KK,dan juga akte kelahiran.sekolah gratis pun diberi bagi anak-anak,sehingga Risang dan saudara-saudaranya tidak perlu lagi meluangkan waktu mengajar.
“setidaknya,sekarang keadaan mereka bisa jauh lebih baik” ujar Risang.
“benar,sekarang kamu sudah tidak ada beban lagi kan?” tanya Ariel.
“tapi,lain kali mereka kita kunjungi lagi,biar kita tetap bisa memantau perkembangan mereka” tutur Haris.
“siap pak dokter!” ujar Ariel dan Risang kompak.
Waktu berlalu,bulan berganti bulan.hingga suatu hari….
“akhirnya Haris benar-benar jadi dokter nihhh,selamat ya adikku yang paling tampan” ujar Risang sambil menjabat tangan Haris dengan erat.
“nah begitu donk dari dulu mas” ujar Haris gembira.
“iya gantengnya sekarang aja,besok ya tidak lagi” penyakit jahil Risang kambuh.
“kita foto bersama dulu,terus kita makan ok?” seru Pak Gustianto.
“ok” paduan suara keluarga yang sangat kompak kalau urusan seperti ini.
Saat keluar studio foto,keluarga Pak Gustianto bingung mencari tempat makan,karena bertepatan dengan jam makan siang.dimana-mana penuh.
“mas…tuan…” terdengar suara yang rasanya familiar sekali.
“loh itu kan ibunya Wati” Ariel langsung mengenalinya.
“apa kabar ibu?” Ariel segera menjabat tangan ibunya Wati.
“baik mas Ariel” seru ibunya Wati gembira.
“ibu sedang apa disini?” tanya Pak Gustianto.
“saya membuka usaha tempat makan di mall ini tuan” terang ibunya Wati.
“wah dimana ? kebetulan kita juga mau makan siang ini” seru Haris terang-terangan.
“mari saya antar” ujar ibu Wati dengan sopan.
Ternyata ibu Wati membuka sebuah tempat makan bergaya tradisional,dengan masakan Indonesia.
“Wahh enak sekali gurame gorengnya” puji Ariel.
“apa lagi ayam Taliwangnya” Haris tidak mau kalah.
“sop buntut tiada duanya” Risang balas menimpali.
“yang penting buat papa,es teh manis dulu,sudah keselek ini” Pak Gustianto segera menengguk minuman yang sudah tersaji di hadapannya.
“ibu ternyata pandai sekali memasak” Bu Rita tampak kagum.
“ah nyonya,saya jadi malu” ibunya Wati tersenyum simpul.
“Wati sekarang bagaimana bu?” tanya Ariel.
“baik mas,Wati termasuk rangking 3 besar di kelasnya” ibunya Wati berkata dengan bangga.
“wah kalau Haris dulu 3 dari belakang pojok ya ris?” Risang lagi-lagi becanda.
“berantemnya nanti ya mas,saya mau tambah dulu nih,gule kambingnya menggoda” seru Haris sambil terus menikmati hidangan.
“luar biasa,sekarang keadaan ibu sangat berkembang” puji Pak Gustianto.
“ini semua berkat pertolongan tuan dan keluarga,saat media meliput apa yang terjadi pada kami,kami menceritakan apa yang tuan dan keluarga telah perbuat.namun,kami tidak tahu alamat mau pun telepon tuan dan keluarga,sehingga media tidak bisa menghubungi.tapi dampaknya sangat luar biasa,banyak donatur dari berbagai yayasan dan organisasi peduli pada kami,dan nasib kami menjadi berubah.” Papar ibunya Wati panjang lebar.
“jadi semua berapa ini bu?” tanya Pak Gustianto.
“buat tuan dan keluarga,saya beri gratis” seru ibunya Wati sambil tersenyum.
“eh jangan bu,ibu kan usaha disini,mana Haris makannya paling banyak lagi” seru Pak Gustianto terkejut.
“kok saya dibawa-bawa pa?” Haris tampak kurang senang.
“tuan dan keluarga sudah menyelamatkan Wati,itu tidak bisa dinilai dengan apapun,kalau tuan tidak keberatan,nanti hari minggu,tuan dan keluarga kami undang ke kampung kami” ibunya Wati kembali tersenyum.sinar kebahagiaan terpancar dari matanya.
Pada hari minggu siang,sesuai janji,keluarga Pak Gustianto datang mengunjungi kampung tersebut.banyak perubahan yang terjadi di tempat itu,tempat tinggal yang lebih sehat,selokan tidak lagi penuh sampah,ada sanitasi dan MCK yang layak,sesuai dengan standar kesehatan.
“tuan…” terdengar suara nyaring dari Wati saat melihat Pak Gustianto.
Wati segera menghampiri dan mencium tangan Pak Gustianto,Bu Rita,Ariel,Risang dan Haris satu demi satu.
“Wati,kamu sekarang jadi cantik dan pintar” puji Risang kagum.
“mas bisa saja,saya jadi malu” ujar Wati lugu.
“anak kecil jangan kamu ganggu” tegur Pak Gustianto.
“ya si papa,muji masa mengganggu sih?” protes Risang.
“Pak Wowor Kepala Kampung meminta tuan dan keluarga segera ke lapangan” ujar Wati.
Dan ketika keluarga Pak Gustianto sudah tiba di lapangan,tepuk tangan dan sorak sorai. berkumandang menyambut mereka,laksana pejabat sedang inspeksi.
“terima kasih atas kedatangan tuan,nyonya dan keluarga,kami sangat senang sekali” pak Wowor menjabat tangan Pak Gustianto.
“sama-sama pak” Pak Gustianto membalas sambutan itu dengan senyuman hangat.
“hari ini memperingati setahun berdirinya kampung baru ini,maka dari itu,tuan dan keluarga kami undang kemari” Pak Wowor memberi penjelasan.
“dan sebagai pembukaan acara syukuran ini,tuan kami mohon kesediaannya mengunting pita yang mengikat monumen ini” Pak Wowor segera memberikan gunting kepada Pak Gustianto.dan saat pita terpotong dan kain terlepas,terbukalah monumen yang menjadi kebanggaan kampung ini.
Betapa terkejutnya Pak Gustianto dan keluarganya,karena monumen itu adalah patung mereka ber empat,dan dibawah patung itu tercantum kalimat “nama kampung ini sekarang adalah kampung sukacita,karena berkat keempat orang ini,kampung kita menjadi sejahtera”.
“kita jadi dewa penjaga kampung ya?” Risang spontan berbicara.
“memangnya zaman dahulu kala?” Ariel tersenyum gembira.
“asal patungnya jangan disembah saja,dosa” seru Haris dengan santai.
“kami sungguh terharu atas penghargaan saudara sekalian kepada kami,kami hanya membantu semampu kami” Pak Gustianto tidak bisa menyembunyikan rasa harunya.
“tuan,apa yang telah tuan dan keluarga telah lakukan bagi kami,itu tidak dapat dibayar dengan apa pun juga,jadi biarlah kami mengenang jasa tuan dan keluarga dengan membangun monumen ini” Pak Wowor juga tidak bisa menutupi rasa harunya.
Hajatan sederhana digelar hingga jam 9 malam,setelah acara selesai,keluarga Pak Gustianto pun berpamitan.
Dalam hati mereka terpancar rasa haru dan sukacita yang tidak terkatakan,bahwa perhatian kecil yang mereka perbuat ternyata sangat berarti,dan bisa mengubah kehidupan orang lain menjadi jauh lebih baik.